Single Blog Title

This is a single blog caption
perbedaan fixed mindset dan growth mindset
12 Apr 2022

Mengenal Karakter Mindset Seorang Developer

//
Comments1

Seorang Profesor Psikologi dari Universitas Stanford, Carol Dweck dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success menjelaskan,

“Mengapa hanya sebagian orang bisa mencapai potensinya, sedangkan sebagian lainnya yang sama-sama berbakat justru tidak?”

Hal ini bukan karena kemampuan, melainkan bagaimana cara memandang kemampuan sebagai sesuatu yang melekat yang perlu ditunjukkan dan dapat dikembangkan.

Dengan kata lain, hal tersebut dipengaruhi oleh pola pikir seseorang.

Carol juga mencetuskan secara umum, pola pikir (mindset) seseorang dibagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset.

Fixed mindset dan growth mindset adalah pola pikir yang sebenarnya sangat berbeda atau dapat dikatakan berseberangan. Lalu pola pikir seperti apa yang diperlukan oleh seorang developer?

Yuk, simak perbedaan keduanya!

Bagaimana Ciri-ciri Fixed Mindset?

Menurut definisi, seseorang dengan fixed mindset melihat sebuah tantangan sebagai suatu hal yang sulit dan kesuksesan bukanlah hal yang pasti.

Fixed mindset merupakan pola pikir tetap dimana bakat adalah hal mutlak.

Jadi apapun yang ada dalam dirinya baik kecerdasan atau bakat lainnya sangat mustahil untuk dikembangkan. Sehingga mencapai kesuksesan juga tidak mungkin dan perjuangannya berhenti sampai disitu.

Pemilik fixed mindset takut mengambil risiko.

Mengambil risiko bukanlah kebiasaan yang akan dilakukan oleh seorang pemilik fixed mindset.

Saat sudah berada di posisi yang membuatnya merasa nyaman, mereka tidak akan pernah mencoba hal baru.

Itulah mengapa mereka berpikir untuk lebih baik diam di tempatnya saat ini daripada mencoba bergerak dan akhirnya gagal.

Ciri lainnya dari fixed mindset adalah cenderung menghindari berbagai tantangan yang ada di depan mata. Mereka juga mudah menyerah ketika semua terasa mustahil untuk dikerjakan, meskipun belum dicoba.

Lalu, Bagaimana dengan Growth Mindset?

Dilansir dari Thomas Edison State University, growth mindset bisa diartikan sebagai pola pikir yang selalu berkembang dimana pemiliknya percaya bahwa kesuksesan bisa didapat dan dikembangkan melalui kerja keras.

Hal ini akan mengarah pada keinginan untuk memperbaiki kualitas diri.

Lalu bagaimana orang dengan growth mindset ini mengembangkan dirinya?

Pertama, kamu dapat menghadapi tantangan yang kamu ketahui bahwa di sisi lain kamu akan menjadi lebih kuat.

Kegagalan merupakan kesempatan untuk belajar, sehingga apapun yang terjadi kamu percaya bahwa kamu akan berhasil.

Ketika menghadapi hal-hal sulit, kamu justru semakin termotivasi untuk bisa menyelesaikan dengan baik.

Bisa dikatakan, kamu tidak akan menghindar apabila kamu dituntut untuk lebih berusaha.

Mindset Seorang Developer

Di dunia software development, sejatinya pasti selalu dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang baru.

Kamu selalu memikirkan bagaimana cara untuk mahir programming? Good job! Tandanya kamu sudah menerapkan pola pikir yang akan membentuk growth mindset.

Lalu pola pikir seperti yang dibutuhkan untuk menjadi seorang developer?

1. Keinginan untuk Mencoba Hal Baru

Eksperimen adalah part wajib yang dimiliki untuk menjadi software developer.

Seiring berkembangnya teknologi, memaksa kita harus berkembang lebih up to date.

Kamu bisa melakukan eksperimen terhadap hal baru.

Misalnya eksperimen terhadap hal yang sedang trending di kota-kota besar seperti Jakarta dengan mengikuti trend perusahaan teknologi terkenal seperti Google, gojek, dll.

2. Menerima Kenyataan Kalau Kamu Akan Melakukan Kesalahan

Menerima dan menyadari kalau kamu akan melakukan kesalahan perlu ditekankan sebelum mecoba hal baru.

Mencoba adalah hal wajib tidak perlu ditakuti, namun perlu disadari bahwa eksperimen tidak harus berhasil untuk pertama kalinya. Kamu bisa belajar dari kesalahan yang kamu alami sebelumnya.

Namun, experience anda adalah kunci dari semua itu.

Meskipun akhirnya gagal, tidak akan menyerah dan malah berjuang lebih keras.

3. Detail terhadap Hal-hal Kecil

Detail kecil yang sering dianggap remeh tidak, bukan berarti tidak berati.

Di dalam hal kecil terkadang terdapat hal yang lebih besar dari bentuknya. Terkadang kita harus memulai dari hal kecil untuk melangkah ke sesuatu yang lebih kompleks.

Teliti dengan hal kecil adalah kewajiban dalam mempelajari hal apapun.

Dalam kasus menjadi programmer, kamu butuh ekstra teliti. Misalnya, jika kamu sedang bertemu dengan kode yang error, bisa jadi code itu error karena kekurangan satu simbol titik atau semicolon yang tidak kamu sadari.

1 Response

Leave a Reply

×

Konsultasikan dengan kami

Kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai pelatihan kami

× Ada pertanyaan?